IJP Lampung Belajar Strategi Bertahan di Era Digital

IJP Lampung Kunjungi Pikiran Rakyat: Belajar Strategi Bertahan Media Cetak di Era Digita

Bandung – Ikatan Jurnalis Pemprov (IJP) Lampung melakukan kunjungan kerja ke kantor Pikiran Rakyat Media Network (PRMN) di Bandung, Senin (1/12).

Dalam pertemuan tersebut, manajemen Pikiran Rakyat memaparkan perjalanan panjang media itu selama hampir enam dekade serta strategi adaptasi menghadapi perubahan besar industri media.

Kunjungan dipimpin langsung Ketua IJP Lampung Abung Mamasa yang menyatakan, kunjungan ini penting untuk menambah wawasan anggota mengenai transformasi media cetak menuju digital, pengelolaan radio, hingga penguatan komunitas pembaca.

“IJP ini adalah perkumpulan jurnalis yang sehari-hari meliput di lingkungan Pemprov Lampung. Kami ingin belajar bagaimana Pikiran Rakyat mampu bertahan di tengah pesatnya digitalisasi, dan bagaimana mereka tetap menerbitkan koran sampai sekarang,” kata Abung.

Ia menyebut, sebagian anggota IJP juga merupakan pemilik media lokal yang kini harus mengurangi halaman hingga frekuensi terbit karena tekanan ekonomi.

Abung berharap, kunjungan ini bukan hanya menambah wawasan, tetapi membuka ruang kolaborasi dengan Pikiran Rakyat, baik dalam hal pertukaran informasi, penguatan jaringan media, maupun pembelajaran menghadapi perubahan industri.

“Kami ingin tahu apa resep Pikiran Rakyat bisa bertahan hingga sekarang. Itu penting untuk kami bawa pulang agar media-media di Lampung bisa tetap hidup,” ujarnya.

Managing Editor PRMN Muhammad Bayu Pratama menyambut langsung rombongan IJP Lampung.

Ia memaparkan bahwa Pikiran Rakyat telah hadir sejak 1966, dimulai dari radio sebelum berkembang ke koran.

“Kami ini sudah 59 tahun, lebih tua dari sebagian besar orang yang bekerja di Pikiran Rakyat sekarang,” ujar Bayu.

Unit digital PikiranRakyat.com mulai hadir pada 1996, dan pada 2019 perseroan mengusung nama Pikiran Rakyat Media Network sebagai penanda ekspansi ke berbagai daerah di Indonesia. Kini PRMN menaungi sekitar 180 media lokal dalam satu ekosistem kolaborasi.

“Kami tidak berafiliasi dengan politik. Konsep kami berada di tengah, bermitra dengan semua tanpa condong ke kiri atau kanan. Nilai inilah yang menjaga independensi kami,” katanya.

Bayu juga menceritakan, perjalanan Pikiran Rakyat tidak selalu mulus. Pada 2005, percetakan mereka sempat terbakar, dan perusahaan beberapa kali mengalami pasang surut serta pergantian sumber daya manusia. Namun dukungan publik dan mobilitas redaksi membuat media ini tetap tumbuh.

“Kami ingin media lokal tetap hidup. Ada banyak talenta, tapi mereka kesulitan secara ekonomi. Melalui kolaborasi, hasilnya justru lebih besar untuk para pengelola,” pungkasnya

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Post ADS 1