Pemprov Lampung Ikuti Rapat Koordinasi Inflasi Daerah Bersama Kementerian Dalam Negeri

BANDARLAMPUNG – Asisten Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Lampung, Kusnardi mengikuti Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah secara virtual yang dipimpin oleh Inspektur Jenderal Kementerian Dalam Negeri, Tomsi Tohir, di Ruang Command Center lt.II Dinas Kominfotik Provinsi Lampung, Selasa (03/10/2023).

Inspektur Jenderal Kementerian Dalam Negeri, Tomsi Tohir, dalam kesempatan tersebut mengucapkan apresiasinya terhadap daerah-daerah yang angka inflasinya rendah.

Lalu, pada daerah-daerah lain, Tomsi Tohir berpesan kepada pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan dan lebih memahami nilai-nilai inflasi di daerahnya masing-masing.

“Tentunya, dengan kehadiran kita pada acara ini, inflasi di Indonesia yang dengan kebersamaan kita ini tidak begitu saja autopilot. Tapi betul-betul kita bersama mengupayakannya sehingga dapat memberikan yang terbaik bagi masyarakat Indonesia,” ucapnya.

Sementara itu, Plt. Kepala BPS RI, Amalia Adininggar Widyasanti dalam paparannya menyampaikan bahwa Inflasi Bulan ke Bulan (m-to-m) September 2023 terhadap Agustus 2023 terjadi inflasi sebesar 0,19%.

Lalu, pada Inflasi tahun ke tahun (y-to-y) September 2023 terhadap September 2022 tercatat terjadi inflasi sebesar 2,28%  dan Inflasi Tahun kalender September 2023 terhadap Desember 2022 sebesar 1,63%.

“Tingkat inflasi bulanan September 2023 memang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat bulan sebelumnya, adapun tekanan inflasi tahunan terlihat menurun signifikan,” ucap Plt. Kepala BPS RI.

Pada inflasi Month to Month 0,19% ini didorong oleh kenaikan kelompok makanan, minuman, tembakau yang inflasinya 0,35% dengan andil inflasi (m-to-m) sebesar 0,09%. Selain itu, kelompok transportasi yang memberikan kontribusi inflasi sebesar 0,29% dengan andil inflasi (m-to-m) sebesar 0,04%.

Secara Month to Month atau (m-to-m) komoditas penyumbang utama inflasi secara umum adalah komoditas Beras sebesar 5,61%, Bensin sebesar 1,40%, Uang Kuliah Akademi/ PT sebesar 0,43%, dan Rokok Kretek Filter sebesar 0,35%.

Adapun secara Year to Year atau (y-to-y), komoditas penyumbang utama inflasi secara umum juga diikuti dengan komoditas Beras sebesar 18,44%, Rokok Kretek Filter sebesar 11,68%, kontrak rumah sebesar 2,04%, emas perhiasan sebesar 7,63% dan bawang putih sebesar 36,44%.

Selanjutnya, terdapat deflasi di beberapa komoditas pangan ditengah inflasi secara umum, diantaranya: telur ayam ras yang mengalami penurunan -0,05%, bawang merah yang mengalami penurunan -0,03%, cabai rawit yang mengalami penurunan -0,02%, bawang putih yang mengalami penurunan -0,01%, cabai merah yang mengalami penurunan -0,01% dan daging ayam ras yang mengalami penurunan -0,01%.

Diakhir, Plt. Kepala BPS RI, Amalia Adininggar Widyasanti kembali menekankan bahwa beras merupakan pendorong utama inflasi ditingkat konsumen.

“Inflasi beras (m-to-m) September 2023 merupakan yang tertinggi sejak Februari 2018. Kenaikan harga beras disebabkan berkurangnya pasokan akibat kemarau berkepanjangan, dan penurunan produksi karena efek El-Nino,” pungkasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Post ADS 1